MantriHewan l Seputar Dunia Hewan
Headlines News :

Latest Post

Swasembada Daging : Antara Kenyataan dan Impian

Written By Kepripolitik on Selasa, 19 Maret 2013 | 05.45


Swasembada daging sapi telah direncanakan sejak tahun 2000 tetapi belum bisa terealisasi hingga tahun 2014. Pada tahun 2010, ditetapkan lima program utama program swasembada daging sapi tahun 2014 yaitu penyediaan bakalan sapi, peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal, pencegahan pemotongan sapi betina produktif, penyediaan bibit sapi, dan pengaturan stok daging sapi dalam negeri.
Prof. Ir. Zaenal Bachrudin, M.Sc mengatakan  program percepatan swasembada daging yang dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki Indonesia. Kekuatan yang dimiliki Indonesia antara lain posisinya yang berada di garis khatulistiwa, produksi komoditi pertanian yang beraneka ragam, dan sumber tenaga kerja yang melimpah.
 “Kelemahan yang dimiliki Indonesia adalah sistem data nasional yang belum maksimal dan produksi yang didominasi oleh produk primer. Sementara itu, beberapa peluang ada untuk Indonesia antara lain komoditas pertanian Indonesia yang dibutuhkan pasar dunia umumny sudah dikenal pasar, meningkatnya kebutuhan dunia akan komoditi pangan dan bio fuel, serta tren konsumen untuk kembali ke “natural products”,” jelas Zaenal.
Di sisi lain Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA mengatakan salah satu solusi mengatasi ‘simalakama’ daging sapi ini, yaitu pemerintah harus menemukan titik keseimbangan ideal antara suplai dan demand daging sapi. Beberapa langkah yang bisa ditempuh antara lain mengevaluasi dan menetapkan angka kuota impor sapi dan daging sapi setiap triwulan pada tahun berjalan dengan melibatkan para pihak terkait.
“Dalam jangka pendek perlu duduk bersama para stakeholders terkait perdagingan sapi (pengusaha, pedagang, peneliti-akademisi, peternak) untuk merumuskan dan menentukan kembali titik keseimbangan suplai dan demand daging sapi di dalam negeri dengan dilandasi semangat kejujuran dan keterbukaan,”pungkas Ali 

Solusi Swasembada : Pembibitan Ternak Benahi Dulu


Belum adanya langkah kongkrit menyangkut pembibitan sapi menjadikan salahsatu titik lemah dari swasembada daging di indoneis,  hal ini  diakui oleh Direktur Jenderal Peternakan Deptan Tjeppy D Soedjana. Menurutnya usaha pembibitan sapi di Indonesia, belum ada. Yang ada adalah usaha sambilan dari usaha penggemukan sapi berhubung usaha pembibitan sapi memerlukan biaya besar dan untung terlalu kecil. "Jadi sapi-sapi yang mau digemukkan untuk dipotong yang betina diseleksi, lalu yang alat produksinya masih bagus diinseminasi buatan sehingga sebelum dipotong sudah ada anaknya lahir, lalu anak ini diseleksi lagi," katanya. 


Sementara itu, Dewan Pakar Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Rochadi Tawaf, menilai bahwa pencapaian swasembada daging bukan semata tugas dan tanggung jawab Deptan melainkan diperlukan keterlibatan sektor lain, seperti Departemen Ke-uangan, pertanahan, pemerintah daerah, serta semua pihak yang terlibat terkait gizi dan protein.

Peneliti Indonesia Research Strategic Analisys (IRSA) Siti Adiprigandari menilai pembukaan keran impor daging sebesar-besarnya, membuat peternakan rakyat, termasuk industri penggemukan sapi potong, akan semakin tertekan. Sebab, mereka harus bersaing untuk memperoleh pasar di negeri sendiri. 


SWASEMBADA DAGING : AKAR MASALAH DAN SOLUSINYA



Sejak lebih dari enam bulan terakhir ini, tepatnya pascalebaran tahun lalu, harga daging sapi merangkak naik dari Rp. 60.000/kg dan puncaknya hingga minggu ini mencapai lebih dari Rp. 90.000/kg yang merupakan harga tertinggi di dunia (rata-rata 38-72 ribu rupiah/kg, Kompas, 4/2/2013).
Tingginya harga daging sapi ini juga memberikan dampak pada praktek bisnis kotor yang dilakukan oleh oknum tertentu, yaitu beredarnya daging sapi glonggongan. Praktek bisnis dengan memaksa memberi air minum sapi (dipompa melalui mulut) hingga 100 liter/ekor sampai sapi ‘teler’ gemetar dan pingsan sebelum dipotong, demi mengeruk keuntungan. Dapat dihitung berapa keuntungan yang diperoleh jika air yang terikut dalam daging misalnya separuhnya saja (50 kg) berarti ada potensi keuntungan 3,5 - 4 juta rupiah/ekor.
 Oleh karena praktek kotor bisnis daging sapi yang tidak memperhitungkan peri-kehewanan ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan fatwa haram mengkonsumsi daging sapi glonggongan. Para pedagang bakso, konsumen mayoritas daging sapi di Indonesia, juga harus ‘berkreasi’ agar dapat bertahan dengan berbagai cara, misalnya substitusi daging sapi dengan daging lain (ayam, jerohan) bahkan ada yang nekat mencampurnya dengan daging babi yang sempat menghebohkan. Jadi dampak negatif tingginya harga daging sapi ini juga sampai pada moral hazard yang sangat merugikan konsumen.
Apa akar masalah dari tingginya harga daging sapi ? Tentu banyak pendekatan dan hasil analisis yang dapat menjelaskan akar masalahnya. Namun, hampir pasti kenyataan bahwa tidak seimbangnya antara suplai dan permintaan daging sapi menjadi menyebab utamanya. Kelangkaan ketersediaan barang akan menyebabkan tingginya harga. Jumlah penduduk Indonesia saat ini kurang lebih 240 juta jiwa. Rata-rata konsumsi daging sapi nasional per tahunnya berkisar 450 ribu ton. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di atas berarti konsumsi masyarakat kita kurang dari 2 kg/kapita/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pasokan daging sapi dipenuhi dari produksi dalam negeri dan dari luar negeri. Diperkirakan 70 % dipenuhi dari dalam negeri dan 30 % dari impor khususnya dari Australia.
Sejak tahun 1990, Indonesia mulai mengimpor sapi hidup dari Australia. Pada tahun 1990, impor sapi  8.061 ekor namun pada tahun-tahun berikutnya tumbuh dan berkembang sangat pesat bahkan secara eksponensial dengan rata-rata 2 kali lipat per tahun dan pada tahun 1997 mencapai 428.077 ekor atau naik 53 kali lipat, dan puncaknya pada tahun 2009 impor sapi hidup dari Australia mencapai 772.868 ekor yang merupakan rekor tertinggi sepanjang 20 tahun sejak 1990 (MLA, 2010). Apabila ditambah dengan nilai impor daging beku dan jerohan yang mencapai 110 ribu ton atau senilai 2,5 triliun (Statistik Peternakan, 2010), maka total nilai impor daging beku dan sapi hidup tahun 2009 mencapai 7,3 triliun rupiah. Akibat impor yang nampaknya sangat berlebihan inilah penyebab anjlok dan terpuruknya peternakan sapi lokal pada tahun 2009. Oleh karena itu dapat dipahami jika pemerintah bertekad untuk mengembangkan sapi agar tercapai swasembada daging sapi pada tahun 2014, salah satunya dengan cara mengendalikan impor daging sapi dan sapi hidup secara bertahap. Diakui atau tidak, kebijakan pemerintah khususnya pengaturan impor akan sangat memengaruhi suplai dan harga daging sapi di dalam negeri. Jika pada tahun 2009 terjadi over supply karena berlebihnya importasi, kondisi saat ini mungkin sebaliknya, yaitu terlalu terbatasnya suplai sehingga harga melambung.
Ketidak seimbangan supply-demand inilah yang menurut saya akar masalah dari melambungnya harga daging sapi. Dalam hal ini dapat dikatakan gagalnya peran pemerintah dalam menjaga dan mengatur keseimbangansupply-demand daging sapi. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Ada beberapa kemungkinan yaitu asumsi yang tidak akurat terhadap prediksi potensi produksi daging sapi dalam negeri sehingga over estimate, atau terlalu rendahnya kuota impor atau kedua asumsi tersebut tidak akurat. Faktanya mencari sapi lokal tidak mudah dan tidak adanya stok yang siap untuk dipotong dan harganyapun juga tinggi. Tidak bermaksud menggugat akurasi data populasi sapi hasil sensus sapi yang menemukan angka populasi sapi mencapai 14,8 juta ekor, yang secara teori cukup memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri. Namun perlu diperhatikan bahwa keberadaan sapi tersebut tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia ini, sehingga mobilisasi ke pusat-pusat permintaan daging sapi menjadi tidak mudah. Disamping itu mayoritas (90%) ternak sapi dipelihara oleh para peternak rakyat dengan modus usaha sambilan, sehingga sapi dijual ketika peternak membutuhkan uang.  Jika mereka tidak membutuhkan uang, sapi tidak akan dijual. Fakta ini dapat dilihat di pasar-pasar hewan yang relatif sepi pada musim tertentu (awal musim tanam) dan melimpah pada kurun waktu tertentu seperti tahun ajaran baru saat anak masuk sekolah. Inilah ‘simalakama’ dan dilema per-sapi-an di Indonesia.
Satu-satunya solusi mengatasi ‘simalakama’ daging sapi ini adalah pemerintah harus menemukan titik keseimbangan ideal antara supply dan demand daging sapi. Langkah yang sebaiknya dilakukan adalah :
1.     Dalam jangka pendek ini, duduk bersama para stakeholders terkait perdagingan sapi (pengusaha, pedagang, peneliti-akademisi, peternak) untuk merumuskan dan menentukan kembali titik keseimbangan supply dan demand daging sapi di dalam negeri dengan dilandasi semangat kejujurandan keterbukaan.
2.     Mengevaluasi dan menetapkan angka kuota impor sapi dan daging sapi setiap triwulan pada tahun berjalan dengan melibatkan para pihak terkait.
3.     Bersungguh-sungguh (berjihad) dalam mengembangkan industri peternakan sapi di Indonesia melalui berbagai instrumen kebijakan yang memihak kepentingan nasional, mencapai program swasembada daging sapi tahun 2030 (bukan 2014).

Di saat kita berbicara tentang swasembada terutama swasembada daging sapi, ternyata masalahnya kompleks dan ini menjadi Pe Er kita bersama bukan???.

Referensi : di olah dari berbagai sumber .

a. http://ditjennak.deptan.go.id
b .ttp://udayrayana.blogspot.com
c. http://fapet.ugm.ac.id 

Ketika Pelanggaran Hak Asasi (Hewan) adalah WAJAR !!!

Written By Kepripolitik on Senin, 07 Januari 2013 | 05.59


Apakah ini Manusiawi di lakukan terhadap hewan?? silahkan perhatikan gambar di bawah ini .


Saya pribadi terenyuh dan sedih ketika melihat gambar di atas,yang diberitakan oleh portal berita online surabaya (http://www.suryaonline.co) diwartakan bahwa para pekerja kapal melakukan pelanggaran hak asasi hewan (Animal welfare) ketika memindahkan sapi yang didatangkan dari Sumbawa, NTT menuju truk di Pelabuhan Kalimas, Surabaya, Minggu (6/1/2013). dimana dari surabaya nantinya sapi-sapi itu akan dibawa ke jakarta untuk di perjualbelikan.
Saya teringat akan sebuah perkataan filsuf Arab berbunyi, "Sebuah negeri yang miskin ternak tidak akan pernah kaya, dun sebuah negeri yang kaya ternak tidak akan miskin." Dari kalimat tersebut tergambarkan betapa pentingnya hewan bagi kesejahteraan manusia. 

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa peternakan menuju peternakan yang intensif. Penerapan teknologi baru dan mekanisasi berpengaruh besar dalam peningkatan efisiensi produksi peternakan. Dengan keadaan tersebut peternakan berubah menjadi industri (factory farming) dimana ternak dapat dipanen dalam waktu singkat dan dengan jumlah yang besar. Efisiensi pakan yang diperoleh juga meminimalkan biaya produksi. 

Adanya industrialisasi di bidang peternakan berdampak pada timbulnya masalah kesejahteraan hewan yang buruk. Pada industri peternakan akan dijumpai lebih banyak problem dibandingkan pada peternakan tradisional.Jika problem yang timbul pada peternakan tradisional lebih banyak akibat kurangnya modal dan minimnya pengetahuan petemak,maka di peternakan modern lebih karena intensifikasi dan managemen peternakan. Ternak pada peternakan modern bermasalah dengan kepadatan ternak, obesitas, kebosanan, ketidaknyamanan kandang, timbulnya penyakit, gangguan metabolisme akibat produktivitas tinggi,dan sebagainya.

Di beberapa negara terjadi perdebatan tentang kebijakan kesejahteraan hewan dalam 5-10 tahun terakhir. Implementasiya adalah campur tangan negara dalam masalah kesejahteraan hewan dalam bentuk peraturan hukum. Akan tetapi hingga sekarang belum semua negara di dunia mempunyai peraturan hukum yang mendukung kesejahteraan hewan. Di banyak negara, masyarakatnya berpedoman pada norma-norma yang sudah mengakar. Bahkan di negara yang telah mempunyai aturan hukum, masyarakat belum dapat menerima aturan tersebut, sehingga dijumpai pelanggaran-pelanggaran (perlakuan hewan secara tidak sejahtera atau tidak manusiawi).

Demikian juga halnya di Indonesia, Penerapan kesejahteraan hewan di Indonesia belum dapat berjalan secara optimal. Salah satu kendalanya adalah belum adanya peraturan pemerintah yang menjadi dasar hukum bagi instansi terkait untuk mengawasi penerapan kesejahteraan hewan dalam usaha peternakan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam menerapkan kesejahteraan hewan adalah menggali nilai-nilai religius (red. semua agam : islam, kristen, hindu, budha, konghucu) tentang kesejahteraan hewan. Dengan langkah ini masyarakat akan memahami bahwa kesejahteraan hewan itu merupakan salah satu aspek dalam ajaran agama. Selanjutnya diharapkan akan tumbuh kesadaran masyarakat untuk menerapkan kesejahteraan hewan meskipun peraturan legal-formal yang ada belum sempurna.

Animal welfare adalah sebuah perhatian untuk penderitaan hewan dan kepuasan hewan.Diseluruh dunia, Hari HAH (Hak Azazi Hewan)  jatuh pada 15 Oktober setiap tahun.  ketika kita berbicara tentang Hak asasi Hewan yaitu mencakup kebaikan kondisi fisik dan mental pada hewan. untuk mewujudkan kesejahteraan hewan ada dua macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin atau membiarkan hewan hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya.

Menurut para Ahli dunia, kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur dengan indikator Lima Kebebasan (Five Freedom), yaitu:
1. Bebas dari rasa haus dan lapar (freedom form hunger and thirst)
2. Bebas dari ketidaknyamanan (freedom from discomfort)
3. Bebas dari kesakitan, luka/cidera dan penyakit (freedok from pain,injury and disease)
4. Bebas untuk mengekspresikan perilaku normal (freedom to express normal behaviour)
5. Bebas dari rasa takut dan tertekan (freedom from fear or distress).


Sebagai inspirasi saja (red. bukan sebuah narsisme terhadap suatu agama), dalam islam mendukung terhadap hak asasi hewan sebagaimana diterangkan dalam hadist shahih :
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, berlaku baiklah dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih, berlaku baiklah dalam hal tersebut. Hendaknya salah seorang dari kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya. ” (HR. Muslim).

Pertanyaannya untuk manusia adalah apakah kita bisa mensejahterakan hewan untuk memberikan kesejahteraan pangan hewani untuk seluruh manusia??? jawabanya adalah saatnya kita berikan Hak Asasi Hewan sepenuhnya baru bicara Hak Asasi Manusia !!!!. 

 

ALTERNATIF : PAKAN KOSENTRAT SELAIN PAKAN PABRIKAN

Written By Kepripolitik on Jumat, 04 Januari 2013 | 08.41


Suksesnya pengembangan industri peternakan baik ruminansia (sapi, kambing), non ruminansia , unggas dan Ikan  perlu didukung dengan ketersediaan pakan yang yang cukup baik secara kuantitas dan kualitas. sampai saat ini ketersediaan pakan yang berkualitas untuk hewan masih merupakan kendala utama dalam peningkatan produktivitas hewan. Salah satu alternatif penyediaan pakan ternak adalah memanfaatkan dan mengembangkan limbah hasil pertanian dan perkebunan yang diduga memiliki kandungan nutrisi setara dengan pakan standar (pakan kosentrat dari pabrikan).
Limbah hasil pertanian dan perkebunan cukup tersedia di Indonesia, namun potensinya belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan hewan. Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan hewan baru mencapai 30-40% dari potensi yang tersedia saat ini.
Permasalahan yang dihadapi dalam menggunakan pakan limbah pertanian dan perkebunan terdiri dari faktor pengetahuan para peternak , kualitas pakan limbah pertanian dan perkebunan dan faktor lingkungan (cemaran). 
Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan dukungan teknologi dan sosialisasi tentang pemanfaatan limbah hasil pertanian sebagai pakan hewan secara berkesinambungan. Mutu pakan limbah hasil pertanian dan perkebunan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan, diantaranya melalui pengolahan (pretreatment) limbah hasil pertanian, suplementasi pakan dan pemilihan limbah pertanian/perkebunan. Pengolahan limbah hasil pertanian dilakukan dengan metoda fisik, kimia, biologis maupun kombinasinya.
Beberapa pakan kosentrat yang banyak dan melimpah yang ada dimasyarakat akan coba saya tuliskan di blog ini, diharapkan kita semua tidak tergantung lagi kepada pakan kosentrat seperti jagung atau kedelai serta pakan pabrikan yang harganya sudah selangit saat ini. Beberapa pakan alternatif yang ada di masyarakat yaitu :

1. Onggok

                Onggok yang berasal dari ubi kayu merupakan hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati singkong (ubi kayu) yang mengandung banyak karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, nilai gizi yang terkandung pada onggok adalah protein 3,6%; lemak 2,3%;air 20,31 % dan abu 4,4%.

2. Ampas Tahu

                Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu. Untuk menjadi bahan baku pakan, ampas tahu dapat langsung diberikan pada ikan/ ternak dengan tambahan sedikit ikan asin, atau dapat juga diolah lebih dulu menjadi tepung dengan mengeringkannya dalam oven/dijemur lalu digiling. Nilai gizi yang terkandung adalah protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%.

3. Bungkil Kelapa 

bungkil kelapa merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kelapa,
bungkil kelapa mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi dan sangat baik digunakan sebagai campuran makanan baik itu pelet ikan maupun voor unggas dan lainnya. Bungkil kelapa memiliki kandungan protein kasarnya mencapai 20,5 % dan energi metabolis 1.540 kkal/kg. Penelitian yang dilakukan di Filipina menyebutkan bahwa dalam penyusunan ransum unggas bungkil kelapa tidak digunakan melebihi 20 %.

4. Bungkil kedelai

Bungkil kedelai tergolong bahan pakan yang mengandung protein tinggi. Kandungan nutrisinya 91% BK; 6,2% abu; 5,9% SK; 4,9% Lemak; 30% BETN; 44% PK .Bungkil kedelai yang baik biasanya berwarna krem dan teksturnya kasar. Bahan baku bungkil kedelai sering digunakan sebagai pakan ternak, karena disukai ternak unggas dan protein serta energinya sangat tinggi. Kadar asam amino essensial (lisin) sangat menonjol bila secara terpadu digunakan bersama bahan baku jagung. 

5. Ampas Rumput Laut

Pada Ampat rumput laut terdapat Berbagai sumber bahan berserat tinggi seperti selulosa, hemiselulosa, lignin.pada Ampas rumpu Laut terkandungan air sebesar 3,82-4,52 %; protein 9,32-9,19 %; lemak 23,19-21,90 %; kadar abu 2,72-2,91 %; nilai serat kasar 1,44-1,58 %. 

6. Limbah Sayur dari Pasar

Limbah pasar misalnya limbah buah, limbah sayuran. Untuk penggunaan limbah sayur dan buah sangat perlu dibikin fermentasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kandungan gizi yang terdapat di dalam limbah pasar ini. Kandungan gizi yang terdapat dalam limbah pasar (sayur dan buah ) memiliki kandungan Protein 9 - 31 %, Lemak 2 -3 %, Serat kasar 9-34%.

Sebernarnya masih banyak lagi hasil samping ( red. Limbah) dari pertanian yang bisa di jadikan pakan alternatif untuk meningkatkan kualitas pakan untuk hewan sehingga dapat dihasilkan pakan yang mudah, murah dan berkualitas sehingga dapat menekan biaya produksi dalam pembudidayaan hewan baik ternak ruminansia (sapi, kambing) non ruminansia, Unggas serta Perikanan karena lebih dari 80 % biaya produksi peternakan dan perikanan tersedot di biaya pakan. Saatnya kita sedikit membuka buku dan mau untuk yakin bahwa untuk mendapatkan pakan yang baik secara kualitas dan kuantitas tidak harus selalu mahal asalkan tahu ilmunya. bukan begitu??? 

Referensi : dari berbagai sumber test buku dan internet.





 


TOTALITAS : Kunci Sukses Beternak di Kabupaten Bintan. Kepri

Written By Kepripolitik on Minggu, 16 Desember 2012 | 22.04

( Salahsatu Peternakan Sapi Bali di kabupaten Bintan. Prov. Kepri. 2012)

Salahsatu peternakan yang sangat potensial di Provinsi kepulaun riau adalah peternakan sapi. Kabupaten Bintan sebagai salah satu kabupaten di provinsi kepulauan riau, sangat potensial sebagai tempat pengembangan ternak hewan ruminan seperti sapi ini. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bintan memiliki banyak lahan yang jauh dari pemukiman padat penduduk dan aneka hijauan yang bisa dikonsumsi oleh hewan ruminan. Sepanjang jalan kabupaten bintan hampir seluruhnya ditumbuhi rumput blembem, rumput alang-alang, dan rumput gajah liar. Aneka rumput juga mudah untuk dibudidayakan di sini.

Ternak sapi merupakan salah satu potensi yang bisa dikembangkan di Bintan, baik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat setempat maupun sebagai langkah untuk mewujudkan swasembada daging. Masyarakat Bintan sendiri sudah ada yang memiliki ternak sapi, sapi pribadi (sapi yang diadakan menggunakan uang pribadi) maupun sapi bantuan pemerintah. Program bantuan sapi yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Bintan (dalam hal ini diperankan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan) terdiri atas sapi penggemukan (bantuan sapi untuk digemukkan lantas dijual ketika sudah diyakini mendapatkan keuntungan) dan sapi pengembang biakan (bantuan sapi untuk dikembang biakkan).


Pak Franoto termasuk salah satu orang yang memanfaatkan potensi ini. Berawal dari pengalamannya mengurus ternak sapi, Pak Franoto memiliki minat dan pengetahuan yang cukup untuk beternak sapi. Pak Franoto bisa memiliki lima ekor sapi bali pertamanya pada tahun 2011 yang didapatkan dari bantuan Dinas Pertanian Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Bintan. Tahun 2012 ini, sapi pak Franoto telah bertambah menjadi 13 ekor sapi bali. Sapi-sapi Pak Franoto jarang mengalami sakit karena Pak Franoto merawat sapinya dengan totalitas yaitu selalu menjaga kebersihan kandangnya, mencukupi kebutuhan pakannya dengan nutrisi yang cukup pula, waspada dengan kondisi kesehatan sapi-sapinya, dan memahami karakteristik setiap sapinya. 

Pak Franoto membersihkan kotoran sapi di kandangnya setiap hari sehingga tidak terdapat kotoran sapi yang menumpuk di sekitar kandangnya. Kandang juga selalu diberikan asap yang cukup sebagai disinfectan alami untuk mencegah datangnya serangga-serangga yang membahayakan kesehatan sapinya.

Pak Franoto juga memiliki lahan rumput pribadi seluas 1 hektar yang ditanami rumput gajah dan rumput king grass. Sediaan rumput ini telah mencukupi kebutuhan hijauan harian bagi sapi-sapinya sehingga pak Franoto tidak perlu mencari rumput di luar. Pak franoto memilih ampas kedelai sebagai pakan konsentratnya dengan pertimbangan ampas kedelai lebih higienis karena telah dimasak sebelumnya.

(Salah satu Pelayanan Kesehatan hewan di kab. Bintan. Kepri.)

Sapi-sapi pak franoto juga terlihat sehat karena setiap hari yaitu pagi sampai menjelang sore dilakukan exercise dengan menambatkan mereka pada pohon-pohon atau tiang-tiang yang tersedia di padang rumput karpet di dekat kandangnya. Hl ini dilakukan agar mereka mendapatkan sinar matahari cukup serta memperkuat otot-ototnya sehingga didapatkan daging yang padat.

Kandang sepertinya merupakan tempat tinggal dan tempat tidur utama Pak Franoto dibandingkan rumah atau kamar tidurnya yang sebenarnya sehingga belia sangat tanggap terhadap perubahan-perubahan pada kondisi sapinya. Sapi-sapi yang memiliki gejala sakit dapat dikenalinya dan beliau langsung memberitahu petugas kesehatan hewan tanpa menunggu sakit yang lebih parah, seperti ambruk misalnya. 
Untuk dihasilkan sapi dengan kualitas bagus, kandang juga harus rajin dibersihkan, jangan sampai kotoran menumpuk. Berbagai jenis penyakit sapi yang sering ditemukan di Bintan biasanya cacingan, timpani, hipokalcemia dan parasit darah. 

Saat ini, pak Franoto telah mempersiapkan kandang-kandang untuk calon pedet-pedetnya karena terdapat 8 ekor sapi betina yang bunting. Sebagai bukti totalitas Pak Franoto dalam beternak sapi yaitu, beliau memahami bahwa garam mineral merupakan hal penting yang dibutuhkan sapi betina yang sedang bunting sehingga beliau selalu mengupayakan garam mineral untuk mereka. Berdasarkan saran dari petugas harian lepas dari Departemen Pertanian yang ditempatkan di Puskeswan Kabupaten Bintan Dody Indra, A.md, garam-garam tersebut diberikan melalui media tabung bambu dengan alasan agar lebih irit. Pak franoto hafal dengan usia kebuntingan sapi-sapinya secara mendetil dalam hitungan hari. Sifat antara sapi satu dengan sapi lainnya pun beliau hafal sehingga lebih mudah dalam memperlakukannya, seperti hal yang disukai, kebiasaan di kandang, dan hal yang tidak disukai dari sapinya.

Segala hal jika dilakukan dengan niat sepenuh hati,perencanaan yang matang dan pengetahuan yang memadai, maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Semoga saja hal ini dapat menginspirasi masyarakat Bintan bahwa beternak sapi adalah hal yang menjanjikan untuk masa depan.

SISTEM PENCERNAAN PADA AYAM

Written By Kepripolitik on Kamis, 10 November 2011 | 23.03

GAMBAR SISTEM PENCERNAAN AYAM :



SISTEM PENCERNAAN AYAM
Pencernaan adalah penguraian pakan ke dalam zat-zat makanan dalamsaluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringantubuh (Anggorodi, 1985).Ayam merupakan ternak non-ruminansia yang artinya ternak yangmempunyai lambung sederhana atau monogastrik. Pada umumnya bagian-bagianpenting dari alat penceernaan adalah mulut, farinks, esofagus, lambung, usushalus dan usus besar. Makanan yang bergerak dari mulut sepanjang saluranpencernaan oleh gelombang peristaltik yang disebabkan karena adanya kontraksiotot di sekeliling saluran. (Tillman et al., 1991). Di dalam empedal bahan-bahan makanan mendapat proses pencernaansecara mekanis. Partikel-partikel yang besar secara mekanik akan diperkecildengan tujuan memudahkan proses pencernaan enzimatis di dalam mulut ataupundi dalam saluran pencernaan berikutnya. Untuk memudahkan proses pencernaanmekanis maupun enzimatis dalam mempersiapkan ransum ternak banyakdilakukan dengan menggiling bahan-bahan ransum tersebut (Parakkasi, 1990). (1)

PRINSIP SISTEM PENCERNAAN AYAM.
Pencernaan ayam yang memiliki panjang 245 – 255 cm, tergantung pada umur dan jenis unggas memiliki prinsip pencernaan yang terdiri dari tiga macam yaitu pencernaan secara mekanik (fisik), pencernaan secara kimiawi (enzimatik) dan Pencernaan secara mikrobiologik yang terjadi di sekum dan kolon.
1. Pencernaan secara mekanik (fisik); Pencernaan ini dilakukan oleh kontraksi otot polos, terutama terjadi di empedal (gizzard) yang dibantu oleh bebatuan (grit). Pencernaan ini banyak terjadi pada ayam yang dipelihara secara umbaran sehingga mendapatkan grit lebih banyak daripada ayam yang dipelihara secara terkurung.

2. Pencernaan secara kimiawi (enzimatik); Pencernaan secara kimia dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan: (1) kelenjar saliva di mulut; (2) enzim yang dihasilkan oleh proventrikulus; (3) enzim dari pankreas; (4) enzim empedu dari hati; dan (5) enzim dari usus halus. Peranan enzim-enzim tersebut sebagai pemecah ikatan protein, lemak, dan karbohidrat.

3. Pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sedikit sekali) dan terjadi di sekum dan kolon. Secara umum pencernaan pada unggas meliputi aspek:digesti yang terjadi pada paruh, tembolok, proventrikulus, ventrikulus (empedal/gizzard), usus halus, usus besar, dan ceca;absorpsi yang terjadi pada usus halus (small intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus);
metabolisme yang terjadi pada sel tubuh yang kemudian disintesis menjadi protein, glukosa, dan hasil lain untuk pertumbuhan badan, produksi telur atau daging, pertumbuhan bulu, penimbunan lemak, dan menjaga/memelihara tubuh pada proses kehidupannya. (2)

MANFAAT BELAJAR SISTEM PENCERNAAN AYAM.
Banyak sekali penyakit pada ayam yang dapat diagnosa melalui sistem pencernaannya, seperti E- Coli, Salmonella, Cholera, Coccidia, dan lainnya.
Terlalu sulit untuk menentukan infeksi yang menyebabkan ayam mati apalagi kita mendiagnosanya secara kasat mata (perubahan fisik dari luar) seperti lesu, tidak mau makan sehingga penurunan berat badan, sehingga untuk meneguhkan diagnosa yang menyebabkan hewan mati terkadang perlu dilakukan bedah bangkai (nekropsi) terhadap ayam yang mati. Untuk dapat melihat dan memastikan perubahan-perubahan yang terjadi pada pencernaan ayam yang nantinya dapat dilakukan diagnosa dan akhirnya kita dapat meneguhkan apa penyebab ayam tersebut mati. Jadi Pengetahuan kita tentang sistem pencernaan ayam sangat di perlukan untuk melakukan bedah bangkai nantinya sehingga diagnosa kita tepat. (3)

Sumber Bacaan dari :



PERANAN D3 Kesehatan hewan dan Dokter Hewan dlm Pangan Asal Hewan yang Sehat

Written By Kepripolitik on Minggu, 04 September 2011 | 20.55


Pangan asal ternak akan menjadi tidak berguna dan membahayakan kesehatan manusia apabila tidak aman. Oleh karena itu,keamanan pangan asal ternak merupakan persyaratan mutlak (Winarno 1996). Untuk mendapatkan produk ternak yang aman bagi manusia harus dimulai dari farm (proses praproduksi) sampai penanganan pascaproduksinya.Dalam proses praproduksi ini, berbagai faktor akan mempengaruhi kehidupan ternak dan keamanan produkyang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut adalah tanah, air, udara, bahan kimia, obat hewan, pakan, dan penyakit ternak.Status penyakit hewan menular atau penyakit zoonosis seperti antraks, virus nipah, cystisercosis, dan mad cow (sapi gila) akan mempengaruhi kesehatan ternak maupun keamanan produknya. Penyakit ini bahkan dapat menjadi hambatan dalam perdagangan nasional, regional maupun global.

Menurut Bahri et al. (2000), hampir semua pabrik pakan menambahkan obat hewan berupa antibiotik ke dalam pakan komersial, sehingga sebagian besar pakan komersial yang beredar di Indonesia mengandung antibiotik. Keadaan ini diperkuat oleh informasi bahwa sebagian besar sampel pakan ayam dari Cianjur, Sukabumi, Bogor,Tangerang, dan Bekasi positif mengandung residu antibiotik golongan tetrasiklin dan obat golongan sulfonamida (Balai Penelitian Veteriner 1990; 1991).

Dengan demikian, apabila peternak yang menggunakan ransum tersebut tidak memperhatikan aturan pemakaiannya, diduga kuat produk ternak mengandung residu antibiotik yang dapat mengganggu kesehatan manusia, antara lain berupa resistensi terhadap antibiotik tertentu (Hurd et al. 2004).

Permasalahan lain pada pakan adalah kekhawatiran penggunaan meat and bone meal (MBM) sebagai campuran pakan, terutama untuk ternak ruminansia. Hal ini berkaitan dengan isu penyakit sapi gila yang salah satu penularannya diduga kuat melalui penggunaan MBM asal ternak ruminansia yang menderita atau tertular penyakit sapi gila (Darminto dan Bahri 1996; Sitepu 2000). Dengan demikian, pakan yang mengandung MBM berpotensi menghasilkan produk ternak yang tidak aman bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, negara-negara Uni Eropa dan Amerika telah melarang penggunaan MBM untuk pakan ternak ruminansia.

Sehingga masukan untuk seluruh peternak khususnya dan masyarakat indonesia umumunya , perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan yang berkelanjutan kepada peternak tentang pentingnya mengikuti petunjuk penggunaan pakan hewan dan obat hewan, baik yang terdapat dalam pakan komersial maupun yang digunakan untuk pengobatan ternak dan konsultasikan kepada paramedis (d3) kesehatan hewan ataupun dokter hewan di sekitar lingkungan peternak apabila ada permasalahan tentang kesehatan ternaknya.

( Sumber bacaan : Jurnal Litbang Pertanian, 24(1), 2005.Sjamsul Bahri, E. dan A. Kusumaningsih. PROSES PRAPRODUKSI SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM MENGHASILKAN RODUK TERNAK YANG AMAN UNTUK MANUSIA )

GRATIS !!! bisnis olahan SUSU KAMBING

Written By Kepripolitik on Selasa, 09 Agustus 2011 | 11.40

Akan segera Launching Produk Olahan dari SUSU KAMBING..
silahkan daftar GRATIS!!!




Susu Kambing Higoat Pertama di Indonesia
JADI silahkan daftar GRATIS!!!!!!! tidak ada salahkan sebelum POSISI ANDA digantikan orang lain.



Susu Kambing Higoat Pertama di Indonesia

SAYA PASTIKAN GRATIS dan SAYA MENCARI DISTRIBUTOR SELURUH INDONESIA..
Buruan DAFTAR GRATIS ... !!!!
SILAHKAN KLIK DISINI

Susu Kambing Higoat Pertama di Indonesia


Susu Kambing Higoat Pertama di Indonesia

Misteri

Teknologi

Diberdayakan oleh Blogger.

Kehidupan

Kesehatan

Teknologi

Label 6

Fakta

Alam Nyata

Funny Myspace Comments
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MantriHewan l Seputar Dunia Hewan - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger